JAKARTA - Mantan Wakil Presiden, Jusuf Kalla mengatakan, Poso, Sulawesi Tengah dan Aceh merupakan wilayah yang paling disukai oleh para teroris untuk melancarkan aksi-aksi teror.
Menurutnya, faktor utama yang menyebabkan Poso dan Aceh disukai para teroris dikarenakan kedua wilayah tersebut pernah menjadi daerah konflik.
"Itu terjadi umumnya di daerah konflik seperti yang Anda lihat di Poso dan Aceh. Daerah itu kan ada emosional, ada dulu daerah konsentrasi, ada mungkin sisa-sisa senjata lama di situ. Nah, itulah yang dipakai, kelompok-kelompok kecil tapi radikal tampak berlatih, berkumpul," kata JK sapaan akrab Jusuf Kalla, di Kantor Pusat PMI, Jakarta, Rabu (31/10/2012).
JK menilai, para pelaku teror yang terdapat di Poso dan Aceh bukanlah masyarakat asli. Melainkan, para pendatang yang tidak menginginkan kedua wilayah tersebut aman dan tentram.
"Itu yang terjadi di Aceh. Itu yang terjadi di Ambon. Orang datang, bukan dari Poso, itu hanya sebagian kecil saja. Itu orang luar, orang dari jawa itu kan, yang namanya saja Santoso. Saya baca juga, saya tanya polisi juga, itu siapa. Itu pelarian dari beberapa tempat katanya," paparnya.
Selain itu, JK menuturkan, senjata yang digunakan para teroris di Aceh maupun Poso kebanyakan senjata sisa saat terjadi konflik di masa lalu dan sudah dianggap biasa. Pasalnya, masyarakat sudah terbiasa membawa senjata pada masa konflik.
"Sehingga kalau ada orang latihan tidak peduli. Itu (latihan) kalau di Poso dibunuh. Tapi, tidak banyak orang di situ. Apalagi Gunungnya Tamanjeka namanya," tambahnya.
Menurutnya, faktor utama yang menyebabkan Poso dan Aceh disukai para teroris dikarenakan kedua wilayah tersebut pernah menjadi daerah konflik.
"Itu terjadi umumnya di daerah konflik seperti yang Anda lihat di Poso dan Aceh. Daerah itu kan ada emosional, ada dulu daerah konsentrasi, ada mungkin sisa-sisa senjata lama di situ. Nah, itulah yang dipakai, kelompok-kelompok kecil tapi radikal tampak berlatih, berkumpul," kata JK sapaan akrab Jusuf Kalla, di Kantor Pusat PMI, Jakarta, Rabu (31/10/2012).
JK menilai, para pelaku teror yang terdapat di Poso dan Aceh bukanlah masyarakat asli. Melainkan, para pendatang yang tidak menginginkan kedua wilayah tersebut aman dan tentram.
"Itu yang terjadi di Aceh. Itu yang terjadi di Ambon. Orang datang, bukan dari Poso, itu hanya sebagian kecil saja. Itu orang luar, orang dari jawa itu kan, yang namanya saja Santoso. Saya baca juga, saya tanya polisi juga, itu siapa. Itu pelarian dari beberapa tempat katanya," paparnya.
Selain itu, JK menuturkan, senjata yang digunakan para teroris di Aceh maupun Poso kebanyakan senjata sisa saat terjadi konflik di masa lalu dan sudah dianggap biasa. Pasalnya, masyarakat sudah terbiasa membawa senjata pada masa konflik.
"Sehingga kalau ada orang latihan tidak peduli. Itu (latihan) kalau di Poso dibunuh. Tapi, tidak banyak orang di situ. Apalagi Gunungnya Tamanjeka namanya," tambahnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar