Rabu, 18 Mei 2011

Melayani Bisnis Perawatan Tubuh dengan Hati




Salma Dian Priharjati bersama suami Aria Abiasa 
menjadi pelopor jasa Totok Aura Wajah dan Tubuh 
sejak 2004 dengan brand Dian Kenanga.



KOMPAS.com - Bisnis di bidang jasa selalu bicara rasa. Jika memutuskan akan menjual jasa, maka harus diikuti dengan menjual rasa juga. Perasaan nyaman bagi konsumen yang menikmati jasa, dan perasaan senang melayani bagi pelaku usaha. Inilah kunci sukses Salma Dian Priharjati bersama sang suami, Drs Aria Abiasa, yang membangun brand Dian Kenanga Totok Aura.

"Apa yang dirasakan oleh tamu, itulah yang menentukan keberhasilan. Pelayanan harus diperhatikan dengan baik sejak tamu masuk di pelataran parkir. Tanpa pelayanan yang baik sejak awal, tamu tidak akan datang kembali. Bahkan senyuman ramah dari petugas keamanan yang menyambut di depan sangat memengaruhi," papar Aria, saat ditemui Kompas Female di outlet pusat Dian Kenanga di Pejaten, Jakarta Selatan, Selasa (21/9/2010) lalu.

Dian dan Aria membangun mental melayani tamu sejak awal mendirikan Dian Kenanga pada 2004 lalu. Pengalaman bekerja pasangan ini selama belasan tahun, menempa sikap mental keduanya. Saat memutuskan membangun usaha totok aura, keduanya memiliki pola pikir yang sama. Yakni merajakan tamu dari pintu masuk sehingga muncul chemistry yang membuat tamu nyaman layaknya di rumah. Pilihan konsep gerai paduan desain kayu dan batu, serta konsep tradisional Jawa memberikan kesan rumahan yang membuat tamu semakin betah berlama-lama.

"Batu dan kayu memberikan energi beda dengan logam yang lebih menyerap energi. Selain itu, suasananya sengaja dibangun agar tamu merasa seperti di rumah sendiri," tutur Aria yang fokus pada pengembangan bisnis Dian Kenanga.

Konsep melayani secara holistik inilah yang dilihat pasangan pebisnis ini menjadi pembeda di antara jasa totok aura lainnya.

"Usaha ini dimulai dari kos-kosan daerah Ampera dengan tiga karyawan dan modal tidak lebih dari lima juta. Tapi karena mentalitas pelayanan, bisnis totok aura ini terus berkembang dan bisa dikenal seperti sekarang," kata Dian. Setelah enam tahun, Dian Kenanga Totok Aura kini berpusat di Pejaten Barat, Jakarta Selatan.

Konsep totok aura diperkenalkan pertama kalinya oleh Dian dan Aria. Totok aura yang ditawarkan Dian Kenanga adalah perawatan berbasis pengobatan yang menyasar wajah, tubuh, payudara, dan kaki. Hal ini menjadi terapi kesehatan untuk mengembalikan keselarasan sistem tubuh, melalui teknik totok untuk menyehatkan kembali aura. Aura dimaknai sebagai refleksi diri atas kondisi batin, fisik dan psikis.

"Meski saat ini banyak sekali terdapat layanan jasa totok aura, buat kami itu bukan masalah karena tetap ada pembedanya. Di sini, pelayanan terbaik tak sekadar diberikan atau dirasakan pada produk layanannya, namun juga di setiap sudut di rumah ini. Mulai kebersihan kamar hingga toilet. Saya sendiri selalu memastikan daun di vas bunga di atas meja ini tetap segar tanpa ada daun yang menguning. Semuanya dilakukan agar tamu merasa nyaman di rumah, bukan sekadar mendapat manfaat dari perawatannya," tutur Dian.

Pemilik usaha menjadi contoh teladan karyawannya
Dian menegaskan, bisnis apapun akan sukses dengan menyadari bahwa keberhasilan usaha bukan semata-mata karena konsep pemiliknya. Karyawan memegang peran penting untuk memajukan usaha.

"Keberhasilan usaha bukan hanya karena konseptor yang canggih. Di balik semua keberhasilan usaha ada peran karyawan yang pontang-panting melakukan pekerjaan apapun yang mendukung berjalannya usaha," tambahnya.

Bagi Dian, keteladanan pemilik bisnis juga memengaruhi keberhasilan usaha. Misinya adalah untuk memberikan mutu dan kualitas pelayanan terbaik. Karenanya, pemilik usaha perlu terjun langsung sebagai bentuk kontrol atas usahanya.

"Ketika pemilik usaha memberikan contoh pelayanan yang baik, pegawai akan mengikuti karena meneladani pemilik," kata Dian, mencontohkan cara mempertahankan mutu dan kualitas pelayanannya.

Bisnis jasa bertumpu pada cara melayani tamu dan karyawan
Kualitas pelayanan berkaitan erat dengan pendapatan perusahaan. Pelayanan dan pendapatan, dua hal inilah yang menjadi tantangan bagi Dian dan Aria. Pasangan yang dikarunia empat anak ini menilai, jika kualitas pelayanan menurun, bisnis ini dapat dianggap gagal.

Cara menjaga kualitas pelayanan bukan sekadar bangunan fisik gerai, pengembangan produk dan perawatan. Peningkatan kualitas karyawan dan menjamin kesejahteraannya menjadi fokus perhatian Dian Kenanga. Meskipun diakuinya, memperjuangkan kesejahteraan pegawai sama artinya dengan merelakan berbagi keuntungan perusahaan.

"Tidak akan ada pelayanan yang baik tanpa menggaji karyawan dengan baik. Kesejahteraan pelayanan harus diperhatikan. Tanpa karyawan, semua usaha tidak akan berhasil, sebagus dan sepintar apapun konseptor yang menangani," tegasnya.

Nah, konsep inilah yang seharusnya diterapkan salon kecantikan lain yang juga mengambil konsep totok aura, pesan Dian. Karenanya Dian tak khawatir dengan kompetisi bisnis berlabelkan totok aura. Ia meyakini, pelayanan yang berbeda dan perlakuan terhadap para pekerja yang diterapkannya menjadi pembeda yang membuat bisnisnya akan terus berkembang.

Ingin buka cabang namun menolak franchise
Bisnis rumah kebugaran yang dibangun Dian dari nol memang bukan sembarang jasa perawatan tubuh. Kombinasi teknik tenaga dalam dan olah pernafasan mengawali keterampilan Dian. Keterampilan yang kemudian terus diasahkan dengan paduan teknik akupuntur.

Ibu yang selalu terlihat segar ini memang menggemari seni beladiri Merpati Putih sejak remaja. Seni asli Indonesia yang sama sekali tak terkait dengan klenik atau mantra ini mengandalkan tangan kosong dan kekuatan energi dari dalam diri. Skill inilah yang kemudian dikembangkan Dian dengan memelajari berbagai teknik lainnya. Termasuk akupunktur dan akupresur. Semua teknik yang bermanfaat untuk pengobatan dan kesehatan inilah yang didapat pada setiap perawatan tubuh oleh pelanggan Dian Kenanga.

Selanjutnya, senam pernafasan Mahatma (maju sehat bersama) menjadi keterampilan wajib yang rutin diasah terapis Dian Kenanga untuk menjaga kualitas pelayanan totok aura wajah dan tubuh. 

Dengan sistem usaha jasa yang komprehensif seperti ini, Dian hanya ingin membuka cabang dengan kontrol langsung darinya. Sistem franchise dirasa tak cukup tepat untuk mengembangkan usaha jasa yang membutuhkan keterampilan khusus ini.

Menjaga kualitas 40 terapis yang kebanyakan perempuan (70 persen karyawan perempuan) bukan tugas mudah. Apalagi memastikan bahwa setiap karyawan mendapatkan kompensasi yang adil dan menyejahterakan. Dian tak meyakini sistem franchise bisa memenuhi kebutuhan dan sistem yang dibangunnya ini.

"Saya tidak pusing jika tempat lain sudah memiliki 10 gerai sedangkan saya baru dua saja. Eksistensi bukan terletak pada semakin banyaknya gerai yang dibuka. Yang penting basic concept-nya di jalankan," katanya.

Konsep dasar dalam pandangan Dian adalah menjalani bisnis bukan sekadar mengejar keuntungan, tetapi juga berbagi dengan karyawan yang memberikan tenaganya untuk keberhasilan usaha. Selain itu juga memberdayakan orang lain yang memiliki potensi.

Dian Kenanga memang royal memberikan kompensasi bagi kerja keras karyawannya. Salah satu karyawannya yang memiliki integritas dan telah bekerja minimal lima tahun, diberi fasilitas KPR. Karyawan lain yang membutuhkan biaya pengobatan jika sakit, juga ada anggarannya.

Dian juga tak mengharuskan merekrut karyawan melihat latar belakang pendidikan. Baginya, potensi dimiliki setiap orang. Asalkan pemilik usaha punya kepandaian melihat potensi, mengembangkan, dan memberikan kesempatan orang lain untuk bekerja sesuai keahliannya. Dian Kenanga memiliki terapis dan karyawan yang kebanyakan hanya lulus SMA. Namun dengan potensi yang terus diasah, terapis senior dari Dian Kenanga menjadi aset berharga.

Atmosfir kekeluargaan yang dibangun dalam lingkungan kerja membuahkan hasil. Kini, Dian Kenanga semakin ternama. Tempat ini menjadi rekomendasi selebriti yang ingin mendapatkan tubuh bugar dan wajah segar, dengan kecantikan dan kesehatan sebagai bonusnya.

Rencananya, Dian akan membuka cabang di Bintaro, Depok, dan Kelapa Gading.

"Masih mencari lokasi yang tepat untuk membuka cabang," tandas Dian yang tak pernah berencana membuka franchise atau partnership.

 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar