Rabu, 31 Oktober 2012

Bahasa Ibu Jangan Sampai Pudar!



Rabu, 31 Oktober 2012 16:51 wib
Ilustrasi (Foto : Okezone)
Ilustrasi (Foto : Okezone)
JAKARTA - Penggunaan bahasa ibu di era globalisasi akhir-akhir ini sudah mulai luntur. Padahal, penggunaan bahasa ibu di lingkungan keluarga sangatlah penting.  Dengan menggunakan bahasa ibu, seorang anak dapat diarahkan untuk belajar bahasa Indonesiadan bahasa daerah dengan baik.

Kondisi ini mendorong Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) menggelar “Seminar Internasional dalam meningkatkan keaksaraan berbasis bahasa Ibu dan Teknologi  dan Komunikasi (TIK)”. Acara yang digelar di Hotel Atlet Century Senayan, dihadiri oleh Ichiro Miyazawa dari Unesco Bangkok, Ulrike Mette Haneman dari Unesco Institute for lifelong learning, Aliou Boly dari Unesco Education Quality Analisys Framework, dan Menteri Pendidikan Timor Leste Benedito Dos Santos Freitas. Selain itu, hadir pula Direktorat Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini (Paudni) Kemendikbud Lydia Freyani Hawadi dan juga Arief Rahman selaku ketua Harian Komite Nasional Unesco Indonesia.

Dalam seminar ini, para pemateri membahas tentang pengaplikasian bahasa ibu serta fungsi penggunaan bahasa ibu di beberapa negara yang tergabung dalam E-9, yaitu Indonesia, Bangladesh, Brazil, China, Mesir, India, Meksiko, Nigeria dan Pakistan; serta negara-negara ASEAN+  yaitu, Brunei Darussalam, Kamboja, Laos PDR, Malaysia, Myanmar, Filipina, Singapura, Thailand, Vietnam, dan Timor Leste. Kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) mendefinisikan bahasa ibu mempunyai arti bahasa pertama yang dikuasai manusia sejak lahir melalui interaksi dengan sesama anggota masyarakat bahasanya, seperti keluarga dan masyarakat lingkungannya.

Menurut Arief Rahman, di Indonesia harus ada peraturan daerah untuk bahasa ibu, agar masyarakatnya tidak lupa pentingnya bahasa ibu. “Indonesia adalah multilingual, masalahnya kita masih fokus dalam penggunaan bahasa Indonesia dan bahasa  Inggris, jadi  lupa pada bahasa ibu,” ujar Arief Rahman, saat ditemui Okezone, di Hotel Century, Jakarta, Rabu (31/10/2012).

Sementara menurut Lydia, Teknologi Informasi dan Komunikasi atau Information , Communication and Technology (ICT), adalah strategi untuk penerapan Mother Tongue (Bahasa Ibu).

“Jadi, selain membahas tuna aksara, kami juga membahas bahasa ibu, yang selama ini sudah dilupakan. Saat ini yang lebih terkenal justru bahasa alay dan prokem,” tutur Lydia.

Lydia juga berharap, Bahasa ibu yang selama ini sudah dilupakan oleh masyarakat, harusnya sudah mulai digunakan kembali melalui buku-buku dan strategi ICT itu sendiri.(mrg)

ITS Terima Bantuan untuk Penelitian Lebih dari Rp2 M



Rabu, 31 Oktober 2012 17:17 wib
Ilustrasi : Corbis
Ilustrasi : Corbis
JAKARTA - Mulai tahun ini, perguruan tinggi negeri (PTN) seluruh Indonesia akan mendapatkan dana bantuan berupa Bantuan Operasional PTN atau BOPTN dari pemerintah pusat. Dana tersebut dialokasikan untuk membantu kegiatan operasional PTN, salah satunya bagi kegiatan penelitian.  
Tahun ini, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya mendapatkan dana dari BOPTN bagi 118 judul penelitian. Berbagai penelitian yang mendapatkan dana dari BOPTN ini merupakan penelitian yang tidak mendapatkan pendanaan dari pihak kampus.
 
Sebab, menurut Sekretaris Lembaga Penelitian Pengabdian Masyarakat (LPPM) ITS Gamantyo Hendrantoro, dana yang dimiliki ITS digunakan mendanai semua proposal penelitian dosen yang masuk. Akibatnya, masih banyak proposal penelitian yang tidak mendapat pendanaan. ''Pemberian dana BOPTN ini dikhususkan pada penelitian yang sebenarnya bagus, namun belum mendapat dana riset dari ITS,'' ujar Gamantyo, seperti disitat dari ITS Online, Rabu (31/10/2012).
 
Penelitian yang mendapat dana BOPTN ini terbagi atas empat kategori, yaitu hibah penelitian laboratorium, penelitian non unggulan, penelitian doktor, dan penelitian kajian kebijakan. Sebanyak 48 judul penelitian dengan alokasi dana sebesar Rp960 juta diberikan untuk kategori hibah penelitian laboratorium. Sedangkan kategori penelitian kajian kebijakan terhitung 14 judul penelitian mendapat dana total Rp400 juta rupiah.
 
Dana BOPTN juga diberikan kepada 40 judul penelitian kategori penelitian doktor. Kategori ini khusus diberikan untuk dosen yang melanjutkan program doktoral di PTN Indonesia. Sementara pada kategori penelitian non unggulan, 16 judul mendapat dana BOPTN sebesar Rp640 juta.
 
''Non unggulan ini maksudnya penelitian yang mengangkat tema di luar empat bidang unggulan ITS. Tema yang termasuk empat kategori itu antara lain energi, Information Communication Technology (ICT), robotika, kelautan, serta lingkungan dan permukiman," tutur dosen Jurusan Teknik Elektro itu.
 
Gamantyo menegaskan, keseluruhan judul penelitian tersebut ditargetkan sudah mengumpulkan laporan hasil penelitian pada akhir tahun ini. ''Akhir November nanti, harusnya sudah ada laporan hasil akhir penelitian dan pertanggungjawaban dana penelitian,'' pungkasnya.
 
Dalam penyaluran BOPTN, LPPM akan berperan sebagai pengontrol agar penelitian yang mendapat dana tersebut berjalan lancar. Setelah penelitian usai, tiga lembaga, yaitu Badan Pengelolaan dan Perlindungan Kekayaan Intelektual (BP2KI), Badan Kerjasama Inovasi dan Bisnis Vantura (BKIBV), termasuk juga LPPM akan bekerjasama memberi stimulus agar hasil riset memiliki keberlanjutan. ''Tiga badan ini akan bekerja sama dengan peneliti agar hasil riset dapat dikembangkan menjadi sebuah paten, bisnis baru, atau bisa juga mendapat mitra industri,'' tandas Gamantyo.
 
BOPTN ini akan terus berlanjut hingga 2013. Bahkan terdapat peraturan khusus tahun depan, yaitu 30 persen dana BOPTN yang diberikan pemerintah kepata PTN harus dialokasikan untuk kepentingan penelitian. Gamantyo mengaku, ITS telah menyiapkan sejumlah penelitian untuk diajukan pada tahun depan. ''ITS juga sudah punya program penelitian untuk BOPTN tahun depan,'' imbuhnya.
(mrg)

Belajar di China, Kunci Pengusaha Ini Sukses Berbisnis



Rabu, 31 Oktober 2012 18:42 wib
Foto : James Tan, pengusaha yang sukses menembus pasar raksasa China/The Strait Times
Foto : James Tan, pengusaha yang sukses menembus pasar raksasa China/The Strait Times
JAKARTA - Untuk bisa bersaing dan sukses di pasar raksasa China, mungkin langkah terbaik bagi seorang pengusaha adalah memulainya dengan menjadi mahasiswa di Negeri Tirai Bambu tersebut. Tips ini disampaikan oleh penggagas situs belanja 55tuan.com yang merupakan grup kedua terbesar di China, James Tan.  
"Dalam dua sampai tiga tahun, Anda belajar di sana sambil mencari teman-teman baru. Kemudian, Anda akan menemukan orang-orang yang dapat dipercaya yang kemungkinan akan menjadi mitra bisnis Anda kelak," kata Tan, seperti dilansir dari The Strait Times, Rabu (31/10/2012).
 
Nasihat ini diberikan Tan yang telah memutuskan ingin menjadi bagian dari pertumbuhan ekonomi China, setelah bekerja pada industri teknologi di Singapura selama sekira sembilan tahun. Tan berkuliah di Tsinghua University, Beijing, dengan beasiswa IE Singapore yang diberikan kepada orang yang memiliki pengalaman kerja. Kemudian, dia mengikuti program master jurusan Administrasi Bisnis selama dua tahun pada 2008.
 
Ketika menjalani perkuliahan S-2, Tan bertemu empat pendiri 55tuan.com. "Groupon baru saja didirikan pada 2008. Kemudian, pada 2010, ketika kami berpikir untuk memulainya, tidak ada toko Groupon-seperti di China. Jadi kami mulai dengan satu toko," ujar pria yang kini berbasis di Beijing.
 
Kini, 55tuan.com telah berkembang sangat pesat dan memiliki pendapatan delapan digit US per bulan. Situs tersebut menjual berbagai hal, seperti produk kecantikan, perjalanan, dan pakaian. Perusahaan ini mempekerjakan 3.900 pekerja dan telah diperluas hingga ke 150 kota di China. Namun, memiliki 5.000 grup situs belanja di China, Tan menyebutkan persaingan tidak menjadi lebih mudah.
 
Kecintaan Tan dengan program dot.com timbul saat menjadi mahasiswa ilmu komputer di National University of Singapore. Ledakan dot.com pertama telah membuatnya sangat gembira, dan pada 1999 Tan bekerja paruh waktu di Asia Images yang terintegrasi dengan pendistribusian stok foto Asia.
 
Namun, pekerjaan ini ternyata menyita banyak waktu Tan sehingga dia tidak bisa melanjutkan kuliah dan tidak lulus. Dia kemudian bekerja di Singapore Computer Systems and Nets sebelum memutuskan untuk pergi ke China.
 
Kecintaan Tan pada dunia dot.com semakin bertambah setelah kunjungan ke Silicon Valley sebagai bagian dari program MBA-nya. "Saya bertemu dengan rekan-rekan saya yang sedang belajar ilmu komputer dan merupakan karyawan Google, Apple, dan Facebook. Saya melihat hal tersebut sangat menarik sehingga saya bertekad untuk memulai sebuah perusahaan di China," paparnya.
 
Setelah bekerja di China selama dua tahun, Tan yakin industri internet berpeluang untuk terus tumbuh karena tidak ada banyak BUMN bergerak di bidang tersebut. Kebanyakan bisnis internet China berkaca pada AS.
 
Tidak setiap ide AS berhasil diterapkan di China. Salah satunya adalah kegagalan jejaring sosial, Twitter. Tan menambahkan, kesuksesan tergantung pada waktu dan relevansi bisnis dengan pasar. Tapi melakukan bisnis di China semakin mudah. Hanya butuh waktu dua minggu agar lisensi website hosting 55tuan.com disetujui.
 
Namun, lanjutnya, jangan berharap semua harus terstruktur. "Cobalah untuk menjadi fleksibel, mengikuti hukum setempat, dan yang paling penting memiliki rencana bisnis yang baik dan menjalankannya dengan baik pula," tukasnya.
(mrg)

Sosok Ini Justru Terkenal Setelah Didepak dari Sekolah



Rabu, 31 Oktober 2012 19:13 wib
Foto : Mantan Presiden AS Theodore Roosevelt/Corbis
Foto : Mantan Presiden AS Theodore Roosevelt/Corbis
JAKARTA - Tidak selamanya sekolah hukum merupakan jaminan untuk tenar maupun sukses. Bahkan, faktanya banyak yang didrop out dari sekolah hukum kemudian menjadi orang terkenal dan menarik.
 
AboveTheLaw.com telah membuat daftar orang-orang terkenal yang di tengah jalan memutuskan bahwa mereka tidak akan melanjutkan kuliah di sekolah hukum. Beberapa di antara tokoh tersebut merupakan hakim Mahkamah Agung dan para presiden AS. Wow! Berikut beberapa tokoh ternama AS yang tidak melanjutkan studi mereka di sekolah hukum, seperti dikutip dari Huffingtonpost, Rabu (31/10/2012).
 
Paul Simon
Penyanyi dan pencipta lagi yang pernah dinobatkan sebagai "100 Tokoh yang Berpengaruh di Dunia" oleh majalan Time pada 2006 ini di-DO dari Brooklyn Law School. Namun, pencipta lebih dari 30 lagi itu telah mengantongi gelar Bachelor pada bidang Sastra Inggris dari Queens College.
 
Theodore Roosevelt
Siapa yang menyangka jika mantan presiden AS ke-26 ini pernah di-DO dari Columbia Law School. Namun, tidak ada yang meragukan kemampuan pemilik nama lengkap Theodore Franklin Roosevelt. Bahkan, pada masa jabatannya, yakni 1905, Roosevelt berhasil meraih Nobel Perdamaian karena telah mendamaikan Rusia dan Jepang yang tengah bertikai.
 
Diane Sawyer
Hampir separuh hidup wanita kelahiran Glasgow, 22 Desember 1945 itu diabdikan pada dunia jurnalistik yang telah membesarkan namanya. Namun, mungkin tidak ada yang menyangka jika wartawati ABC News itu tidak pernah menyelesaikan pendidikan hukumnya dari Louisville School of Law. Bahkan, pada 2007, majalah Forbes menobatkan Sawyer sebagai salah satu dari "100 Wanita Paling Berpengaruh di Dunia."
 
Harper Lee
Penulis buku best seller To Kill a Mockingbird ini memiliki nama lengkap Nelle Harper Lee. Meski karyanya mendapat penghargaan Pulitzer pada 1961, Lee ternyata tidak pernah menyelesaikan kuliah S-1nya di bidang hukum di Alabama School of Law. Namun, selama musim panas sebelum pindah ke New York pada 1950, bungsu dari empat bersaudara ini menempuh pendidikan di Oxford University.
 
Al Gore
Mantan wakil presiden AS ke-45 ini memiliki nama lengkap Albert Arnold Gore Jr. Setelah delapan tahun mendampingi Bill Clinton sebagai wakil presiden, Gore mengajukan diri sebagai presiden namun dikalahkan oleh George W Bush. Tidak disangka, politikus yang duduk dalam jajaran direksi Apple Computer ini ternyata tidak menyelesaikan pendidikan sarjana hukumnya dari Vanderbilt Law School. Meski demikian, pria kelahiran Washington DC, 31 Maret 1948 itu memiliki segudang prestasi. Salah satunya dalah meraih nobel perdamaian atas usahanya menyebarluaskan pengetahuan mengenai perubahan iklim yang disebabkan manusia serta dalam merintis langkah-langkah yang diperlukan untuk melawan perubahan tersebut.
 
Benjamin N Cardozo
Sebelum menjadi Hakim Agung, Benjamin Nathan Cardozo menjadi salah satu juri dalam pengadilan banding New York dan anggota Asosiasi Hakim Mahkamah Agung. Dia menjabat selama enam tahun hingga akhirnya tutup usia pada 9 Juli 1938. Uniknya, menyandang profesi sebagai hakim agung, Cardozo ternyata tidak memiliki gelar sarjana hukum. Dia di-DO dari Columbia Law School setelah dua tahun mengenyam pendidikan di sana. Cardozo memutuskan mengakhiri pendidikannya karena ada perubahan peratuaran mendadak dari pihak kampus. Ketika awal masuk, program sarjana hukum tersebut dapat ditempuh dalam waktu dua tahun. Namun, di tengah perjalanan, pihak kampus memperpanjang masa studi menjadi tiga tahun. Dia menolak program perpanjangan studi tersebut dan memutuskan untuk berhenti kuliah tanpa mendapatkan gelar sarjana.
(//mrg)

Siap Bersaing di Dunia Kerja?



Rabu, 31 Oktober 2012 18:03 wib
Image: corbis
Image: corbis
JAKARTA - Menurut data riset Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans) tahun 2011, tercatat hampir 10 juta penduduk Indonesia berstatus pengangguran terbuka. Meningkatnya SDM di negeri ini berbanding jauh dengan lapangan kerja yang tidak bertambah, itulah yang membuat banyaknya pengangguran di Indonesia.

Nah, berhubung dunia kerja sudah di depan mata, dan juga persaingan-persaingan semakin ketat, yuk kita bersiap menghadapinya. Wulandari Setyaningrum dan RN Superteam dalam buku 13 Cara Menyusun Cv dan Surat Lamaran Kerja punya tips yang bisa kita contek:

Langkah pertama; cara pandang. 

Ubah cara pandang diri. Jika pernah gagal dalam persaingan kerja, jangan lantas berpikir bahwa kegagalan adalah akhir dari segalanya. Pastikan bahwa kegagalan yang kita alami justru menjadi pemicu dan motivasi untuk berusaha mencari pekerjaan.

Jika sudah percaya diri dan yakin pada kemampuan yang kita miliki, maka segeralah mengambil peluang kerja. Jangan lupa, atur juga siasat agar jangan sampai kepercayaan yang kita bangun jatuh kembali.

Langkah kedua;  tingkatan kemampuan. 

Salah satu cara yang paling efektif untuk meningkatkan kemampuan kita adalah dengan membaca. Karena dengan membacalah kita akan mendapatkan berbagai pengetahuan baru.

Selain itu, cobalah hal-hal baru yang belum kita mengerti, misalnya mengotak-atik komputer. Dalam melamar pekerjaan, kemampuan mengolah data komputer sangatlah dibutuhkan. Beberapa perusahaaan sangat menghindari karyawan yang gaptek pada teknologi.

Langkah ketiga; inovatif dan kreatif.

Persaingan yang semakin ketat, perlu dihadapi dengan kemampuan kita berinovasi dan berkreasi. Seseorang yang berani berinovasi dan berkreasi  akan memandang dunia sekitarnya seperti sebuah tantangan besar yang mampu untuk ditaklukkan.
Makin sering kita mengasah inovasi dan kreasi, maka kita akan mendapatkan peluang kerja. Bahkan, tidak mustahil kita mampu menciptakan peluang kerja baru. Ingat saja, daripada menyesali keadaan, lebih baik mengambil suatu sikap yang positif.

Selamat mencoba!(rfa)

New York University Minta Mahasiswa "Serang" AS



Rabu, 31 Oktober 2012 12:04 wib
Image: corbis
Image: corbis
NEW YORK - New York University menghadapi kritik dari berbagai pihak akibat salah satu mata kuliahnya yang mengajarkan materi tentang terorisme lintasnegara. Pada mata kuliah ini, para mahasiswa diminta menulis artikel ilmiah 10-15 halaman yang mendeskripsikan bagaimana para mahasiswa itu akan, secara pura-pura, menyerang Amerika Serikat (AS).

Menurut silabus mata kuliah, para siswa harus "mendeskripsikan rencana penyerangan 'hipotetis' dan apa yang akan terjadi usai serangan tersebut", dengan mempertimbangkan bagaimana cara penyerangan, skema pendanaan, dan respons atas "penyerangan" mereka.

Pengajar mata kuliah tersebut adalah Marie-Helen Maras, mantan penyelidik kriminal di angkatan laut (Navy) AS. Menurut Maras, latihan ini dimaksudkan untuk menyiapkan para mahasiswa untuk menghadapi lapangan yang sesungguhnya, menyiapkan mereka untuk karier di bidang intelijen, dan menangkal terorisme. "Ini tugas yang dapat menentukan kelulusan mahasiswa dalam mata kuliah tersebut," ujar Maras, seperti dilansir Huffington Post, Rabu (31/10/2012).

Menurut laporan New York Post, pada saat yang sama, para mahasiswa harus secara realistis konsekuen pada jenis teror yang mereka pilih sesuai dengan "tujuan, kapabilitas, profil taktis, pola target dan area operasi" yang ditetapkan kelompok mereka. Maras menegaskan, setiap halaman dari tugas yang dikumpulkan mahasiswanya harus mencantumkan kalimat, "Ini adalah skenario buatan untuk mata kuliah universitas tentang terorisme lintas negara."

Sekolah Ilmu Lanjutan dan Profesional milik NYU menyatakan, mata kuliah ini salah ditanggapi. Menurut sebuah pernyataan pihak fakultas yang disampaikan kepada UPI, mata kuliah Transnational Terrorism diajarkan oleh veteran angkatan laut AS yang menggunakan pengalaman militernya dalam mengajar mahasiswa - termasuk para penegak hukum - untuk mengantisipasi dan menangani serangan teroris.

"Tugas yang diberikannya adalah latihan yang sudah digunakan oleh banyak kampus di AS dan agensi pemerintah. Kami pikir, sangat disayangkan jika veteran angkatan laut AS yang mengajar di NYU disalahpersepsikan seperti ini," ujar pihak kampus dalam pernyataan resminya.(mrg)

Pariwisata Sebagai Salah Satu Pengantar Pemahaman Budaya


GriyaWisata.com - Para wisatawan mencari tempat - tempat wisata merupakan kebutuhan rohani yang perlu untuk di penuhi bukan hanya itu, mengunjungi tempat - tempat wisata dapat memperkuat pemahaman antar budaya dan saling menghormatinya.

wisatawan memberikan peluang untuk berkomunikasi untuk saling bertukar budaya dan merupakan salah satu media yang dapat memberikan penghormatan bagi budaya yang berbeda.

UNWTO sendiri menyatakan bahwa lintas budaya sebagai jembatan untuk dialog antar budaya dan pemahaman, toleransi dan penghormatan, atas nilai - nilai universal.

Menurut Mr Rifai Selaku sekretaris UNWTO: UNWTO Global Code of Ethics for Tourism, mendorong untuk pemahan antar budaya, itu juga menetapkan langkah-langkah bahwa semua aktor perlu untuk lebih memperkuat peran ini.

Langkah-langkah ini termasuk menghindari over-komodifikasi warisan budaya lokal, mendorong masyarakat berbasis proyek pariwisata, dan pelatihan staf pariwisata tentang bagaimana melibatkan masyarakat lokal dalam pengembangan pariwisata.

Pada kesempatan konferensi, lima perusahaan yang paling menonjol Armenia pariwisata menandatangani Komitmen UNWTO Global Code of Ethics for Tourism, perwakilan dari  Armenia Yerevan Hotel Marriott, Hotel ARM, Tufenkian Hospitality, Uni Tour Operator Incoming Armenia (UITO) dan Armenia Zvartnots International Airports menandatangani Komitmen di hadapan Menteri Perekonomian Republik Armenia, Mr Tigran Davtyan, dan Mr Rifai.[tdl/ad]